"Pola hidup prihatin dan kerja keras semacam itu bagi kebanyakan orang adalah sebuah penderitaan," tulis Abdul Kadir Ahmad dalam peneltiannya.
Di Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Mangkoso Kabupaten Barru ia belajar selama delapan tahun (1950 -1958), menyelesaikan I'dadiyah 1 tahun, Tahdliriyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 4 tahun.
Bagi Sanusi, di pesantren itu banyak panutan. Akan tetapi ia mengaku guru yang paling banyak memberi warna pada dirinya adalah K.H. Syuaib Magga, K.H. Hamzah dan K.H. Amberi Said, pimpinan pondok, sendiri.
Seingatnya, selama 8 tahun ia di sana K.H.Syuaib Magga tidak pernah absen memberi pengajian meski yang hadir hanya tiga orang.
Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, KH Sanusi Baco Mengalami Sakit Ini
Kedisiplinan pimpinan pondok sendiri, K.H. Amberi Said, sangat berpengaruh bagi santri. Tokoh inilah yang paling diidolakannya.
Kedisiplinan beliau adalah salah satu sifat yang paling dikagumi. Kiai Amberi juga Imam di desa itu. Akan tetapi jabatan sosial itu tidak sedikitpun mengurangi kedisiplinannya di dalam mengajar.
Selepas dari pesantren Sanusi melanjutkan kuliah di UMI, dan kemudian mendapat beasiswa ke Al-Azhar Mesir, atas nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Empat tahun lamanya Sanusi kuliah di Al-Azhar sampai memperoleh gelar "Lc". Ia kemudian kembali ke Indonesia tahun 1967.
Waktu itu bersamaan dengan perang antara Mesir dan Israel, membuat sejumlah besar dana ditasharufkan untuk mendukung perang. Akibatnya, beasiswa tidak diperpanjang lagi.
Selama di Mesir ulama yang paling berpengaruh pada dirinya adalah Rektor Al-Azhar sendiri, Prof. Dr. Muhammad Al-Bahy, Dekan Fakultas Ushuluddin Prof. Dr. Abd. Halim Mahmud, yang juga kemudian menjadi Rektor, dan Mutawalli Sya'rawi.
Baca Juga: Innalillah, Ketua MUI Sulsel Sanusi Baco Meninggal Dunia
Karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil dimulai tahun 1960, selaku guru agama di Madrasah Ibtidaiyah DDI
Ranting Mariso, Makassar. Ia mengajar di sekolah ini selama tiga tahun, selanjutnya memperoleh beasiswa ke Universitas Al-Azhar di Mesir.
Kembali dari Mesir tahun 1967, ia langsung beralih status sebagai dosen pada Fakultas Syari'ah IAIN Alauddin Makassar. Di Fakultas inilah ia mengabdi sampai pensiun pada tahun 2002.
Sanusi Baco kawin dengan Aminah Adam dan dikaruniai tujuh orang anak. Tinggal di Jalan Pongtiku No. 25 A Makassar kemudian pindah ke Jalan Kelapa Tiga Makassar. Istrinya, Dra.Hj. Aminah, lebih dulu wafat pada 9 Juli 2002.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Kerugian AFF usai Menolak Partisipasi Persebaya dan Malut United di ASEAN Club Championship
- Mengenal Klub Sassuolo yang Ajukan Tawaran Resmi Rekrut Jay Idzes
- Moto G100 Pro Resmi Debut, HP Murah Motorola Ini Bawa Fitur Tangguh dan Baterai Jumbo
- 5 HP Harga Rp1 Jutaan RAM 8/256 GB Terbaik 2025: Spek Gahar, Ramah di Kantong
- 45 Kode Redeem FF Max Terbaru 4 Juli: Klaim Gloo Wall, Bundle Apik, dan Diamond
Pilihan
-
Daftar 6 Sepatu Diadora Murah untuk Pria: Buat Lari Oke, Hang Out Juga Cocok
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Baterai Jumbo Terbaik Juli 2025, Lebih dari 5.000 mAh
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Juli 2025, Multitasking Pasti Lancar!
-
Sekali klik! Link Live Streaming Piala Presiden 2025 Persib vs Port FC
-
7 Rekomendasi Tumbler Kekinian, Kuat Antikarat Dilengkapi Fitur Canggih
Terkini
-
Misteri Ibu Bunuh Bayi di Makassar, Psikolog Turun Tangan
-
BRIvolution: Strategi Adaptif BRI Hadapi Dinamika Keuangan Global
-
'Tukang Bubur Naik Haji' Berat Tinggalkan Tanah Suci
-
Dari Bogor ke Pasar Global, Begini Perjalanan Sila Artisan Tea Angkat Citra Teh Indonesia
-
Mesin ATM Dibobol Satpam, Ini Penjelasan Bank Sulselbar