Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 15 Mei 2021 | 20:50 WIB
KH Sanusi Baco bersama Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman dalam sebuah kesempatan / [SuaraSulsel.id / Istimewa]

"Pola hidup prihatin dan kerja keras semacam itu bagi kebanyakan orang adalah sebuah penderitaan," tulis Abdul Kadir Ahmad dalam peneltiannya.

Di Pesantren Darud Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Mangkoso Kabupaten Barru ia belajar selama delapan tahun (1950 -1958), menyelesaikan I'dadiyah 1 tahun, Tahdliriyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 4 tahun.

Bagi Sanusi, di pesantren itu banyak panutan. Akan tetapi ia mengaku guru yang paling banyak memberi warna pada dirinya adalah K.H. Syuaib Magga, K.H. Hamzah dan K.H. Amberi Said, pimpinan pondok, sendiri.

Seingatnya, selama 8 tahun ia di sana K.H.Syuaib Magga tidak pernah absen memberi pengajian meski yang hadir hanya tiga orang.

Baca Juga: Sebelum Meninggal Dunia, KH Sanusi Baco Mengalami Sakit Ini

Kedisiplinan pimpinan pondok sendiri, K.H. Amberi Said, sangat berpengaruh bagi santri. Tokoh inilah yang paling diidolakannya.

Kedisiplinan beliau adalah salah satu sifat yang paling dikagumi. Kiai Amberi juga Imam di desa itu. Akan tetapi jabatan sosial itu tidak sedikitpun mengurangi kedisiplinannya di dalam mengajar.

Selepas dari pesantren Sanusi melanjutkan kuliah di UMI, dan kemudian mendapat beasiswa ke Al-Azhar Mesir, atas nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Empat tahun lamanya Sanusi kuliah di Al-Azhar sampai memperoleh gelar "Lc". Ia kemudian kembali ke Indonesia tahun 1967.

Waktu itu bersamaan dengan perang antara Mesir dan Israel, membuat sejumlah besar dana ditasharufkan untuk mendukung perang. Akibatnya, beasiswa tidak diperpanjang lagi.

Selama di Mesir ulama yang paling berpengaruh pada dirinya adalah Rektor Al-Azhar sendiri, Prof. Dr. Muhammad Al-Bahy, Dekan Fakultas Ushuluddin Prof. Dr. Abd. Halim Mahmud, yang juga kemudian menjadi Rektor, dan Mutawalli Sya'rawi.

Baca Juga: Innalillah, Ketua MUI Sulsel Sanusi Baco Meninggal Dunia

Karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil dimulai tahun 1960, selaku guru agama di Madrasah Ibtidaiyah DDI
Ranting Mariso, Makassar. Ia mengajar di sekolah ini selama tiga tahun, selanjutnya memperoleh beasiswa ke Universitas Al-Azhar di Mesir.

Kembali dari Mesir tahun 1967, ia langsung beralih status sebagai dosen pada Fakultas Syari'ah IAIN Alauddin Makassar. Di Fakultas inilah ia mengabdi sampai pensiun pada tahun 2002.

Sanusi Baco kawin dengan Aminah Adam dan dikaruniai tujuh orang anak. Tinggal di Jalan Pongtiku No. 25 A Makassar kemudian pindah ke Jalan Kelapa Tiga Makassar. Istrinya, Dra.Hj. Aminah, lebih dulu wafat pada 9 Juli 2002.

Load More