Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 31 Maret 2021 | 15:33 WIB
Jusuf Kalla menjadi pembicara di Mudzakarah Pembina Rohani Islam Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN di Hotel Novotel Mangga Dua Jakarta, Rabu 31 Maret 2021 / [SuaraSulsel.id / Tim Media JK]

SuaraSulsel.id - Ketua Dewan Masjid Indonesia Jusuf Kalla atau biasa disapa JK mengatakan, masjid tidak pernah dijadikan tempat merencanakan dan merancang aksi teror.

Menurut JK, berdasarkan hasil pemeriksaan aksi teror yang terjadi di tanah air, selalu terungkap aksi mereka dirancang dan direncanakan dari rumah kontrakan.

Termasuk aksi bom bunuh diri yang terjadi baru-baru ini di Gereja Katedral Makassar. Aksi dirancang dari rumah kontrakan di dekat rumah ibu pelaku.

Tidak dijadikannya masjid sebagai tempat perencanaan dan perancangan aksi teror karena sifat masjid yang terbuka dan tidak dibatasi oleh kelompok tertentu.

Baca Juga: Jelang Magrib, Empat Tersangka Korupsi Pembangunan Masjid Sriwijaya DItahan

JK memberi contoh, jika masjid dibangun oleh Muhammadiyah, maka NU diperbolehkan untuk melakukan ibadah di masjid tersebut.

Hal ini disampaikan Jusuf Kalla saat menjadi pembicara di Mudzakarah Pembina Rohani Islam Masjid Kementerian/Lembaga dan BUMN di Hotel Novotel Mangga Dua Jakarta, Rabu 31 Maret 2021.

“Kalau kita lihat pemeriksaan tersangka teroris tidak pernah menyebut mereka merancang aksinya dari masjid. Umumnya dirancang dan direncanakan di rumah kontrakan. Termasuk pelaku bom gereja katedral makassar, dirancang di rumah kontrakan dekat rumah ibunya,".

"Tidak dijadikannya masjid sebagai tempat perancangan dan perencanaan aksi teror, karena masjid itu sifatnya terbuka, tidak dibatasi oleh kelompok. Meskipun itu dibangun oleh orang Muhammadiyah, orang NU boleh salat di situ,” ujar JK.

JK juga mengimbau agar pengurus majid waspada. Apabila ada perkumpulan jemaah yang terdiri dari 4-5 orang, melakukan kajian dengan suara yang perlahan.

JK meminta pengurus masjid untuk menegur kegiatan tersebut, dikhawatirkan sedang melakukan kajian tentang radikalisme.

Baca Juga: Sebentar Lagi Ramadan, Sudah Tahu Belum Beda Masjid dan Musala?

“Hati-hati kalau ada di masjid kelompok-kelompok terdiri dari 4-5 orang dan kemudian ada gurunya, kajian sambil berbisik-bisik. Pengurus masjid harus tegur itu, jangan sampai mereka sedang kajian radikalisme,” pesan JK.

Load More