Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 24 Maret 2021 | 15:32 WIB
Murid madrasah transgender di Pakistan sedang mengaji [Foto: Istimewa/hops.id/Aljazeera]

SuaraSulsel.id - Sekolah atau madrasah ini viral karena menampung komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender atau LGBT.

Kepala Sekolah Madrasah yang tidak disebutkan namanya juga dipimpin oleh kepala sekolah yang merupakan waria. Bernama Rani Khan (34 tahun)

Madrasah ini berada di Pakistan. Menjadi satu-satunya sekolah Islam transgender.

Mengutip dari Aljazeera via Hops.id, Rani Khan mengatakan madrasah yang dikelolanya memiliki 25 siswa. Terdiri dari waria, gay, hingga lesbian.

Baca Juga: Curhat Pria Mendadak Diajak Mantan Menikah, Alasannya Bikin Prihatin

Berada di pinggiran Islamabad, Pakistan, Madrasah Rani Khan memiliki siswa dengan umut sekitar 16-19 tahun.

Kepada Aljazeera, Rani Khan mengaku siswanya mayoritas adalah korban perundungan yang terlantar karena hidup sebagai tunawisma.

"Di Pakistan, transgender dikucilkan. Meski pun tak ada larangan resmi untuk belajar di madrasah atau sekolah agama Islam lainnya, atau salat di masjid, namun mereka tak diterima," ujar Rani Khan.

Rani Khan mengaku kerap melihat para transgender remaja yang dikucilkan dan bertahan hidup di jalanan.

"Tak ada yang mau menerima mereka. Sehingga banyak yang memilih jalan salah," tutur Rani.

Baca Juga: Viral Tukang Utang Dibuatkan Buku Yasin dan 4 Berita Populer Lainnya

Rani Khan mengungkapkan, sebagian besar mereka berusaha bertahan hidup dengan menggeluti dunia prostitusi, mengemis, atau menari.

"Mereka mengadakan pesta-pesta, mereka mulai menari dan mengemis, dan melakukan perbuatan keliru lainnya," ungkap Rani Khan.

Rani Khan sebagai seorang waria juga menceritakan betapa sulitnya dia bertahan hidup di Pakistan.

Menurut Rani Khan, kebanyakan waria maupun gay dan lesbian di Pakistan diusir oleh keluarga mereka dari rumah.

"Kebanyakan keluarga tidak menerima orang transgender. Mereka mengusir orang-orang transgender dari rumah," kata Rani.

Hal itu pula yang dialami Rani dimana dirinya diusir keluarganya dari rumah pada usia 13 tahun dan terpaksa hidup mengemis.

Saat diusir itulah, Rani mendalami kembali agama Islam setelah bermimpi tentang seorang teman warianya yang sudah meninggal yang memintanya untuk melakukan sesuatu untuk komunitas mereka.

Rani pun akhirnya belajar membaca Alquran dan mendalami pendidikan agama Islam di sejumlah madrasah, sebelum membuka madrasah yang dipimpinnya tersebut.

"Saya menanggung semua biaya madrasah dari kantong saya sendiri. Ini merupakan uang yang saya peroleh ketika dulu saya biasa menari dan mengemis. Saya gunakan uang itu untuk menjalankan madrasah ini. Saya menghabiskan semua tabungan. Kami belum menerima dukungan keuangan dari pemerintah sejauh ini," ujarnya.

Load More