SuaraSulsel.id - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ikut angkat bicara terkait pelesiran sejumlah camat dan lurah di Kota Makassar ke Bali. KPK menilai kegiatan camat dan lurah di Makassar tidak etis, apalagi di kondisi pandemi seperti ini.
Koordinator Korsupgah KPK Wilayah Sulsel Dian Patria menilai, alasan Kepala Bapenda Makasar memberi penghargaan kepada camat dan lurah yang berhasil meningkatkan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) kurang bijak. Apalagi jika anggaran jalan-jalannya menggunakan APBD.
"Apalagi kan pakai APBD. Kurang elok saya rasa, tapi saya baru dengar ini di Makassar," kata Dian, Sabtu (7/11/2020).
Ia menambahkan, pajak penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) bukanlah dari PBB saja. Namun, banyak pajak lain, seperti makan minum, tempat hiburan malam, restoran, dan lain-lain. Jelas, jika ditotal tidak akan capai target.
"Target (pajak) kan bukan dari PBB aja. Coba hitung target pajak total, pasti tidak terpenuhi dengan adanya Covid ini," tambahnya.
Menurut Tim Ahli Publikasi dan Media Kota Makassar, Munadir selain plesiran, para camat dan lurah juga melakukan studi banding ke Kabupaten Badung.
Nadir mengaku, Badung adalah kabupaten dengan tingkat realisasi PBB terbaik di Indonesia.
"Tidak betul kalau mereka dianggap cuma jalan-jalan saja. Mereka ke sana (Kabupaten Badung), untuk studi banding atau benchmarking. Apalagi Badung itu adalah Kabupaten dengan tingkat realisasi PBB terbaik di Indonesia," ujar Nadir.
Fakta yang ditemukan, ternyata tidak. Dikutip dari website Pemkab Badung, tingkat realisasi PBB Kabupaten Badung hanya Rp 2,5 miliar.
Baca Juga: Garuda Indonesia Diperiksa KPK Inggris soal Dugaan Suap, Ini Kata Dirut
Beda jauh dengan Kota Makassar yang pendapatan dari PBB mencapai Rp 145,4 miliar hingga Oktober 2020.
Pemkab Badung bahkan harus melakukan rasionalisasi sebesar Rp53,79 persen dari target PBB karena pandemi.
Badung juga mengandalkan PAD dari pajak hotel yang targetnya mencapai Rp 600 miliar lebih per tahun, pajak restoran Rp 196 miliar, dan pajak hiburan Rp 30 miliar. Target pajak PBB Badung hanya Rp6 miliar dalam setahun.
Jika alasan studi banding, Bali juga bukanlah daerah yang tepat untuk jadi percontohan saat ini.
Jika ditelisik dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Bali adalah provinsi dengan perekonomian yang paling merana tahun ini. Pertumbuhan ekonominya minus hingga 12, 28 persen.
Namun menurut Penjabat Wali Kota Makassar, Rudy Djamaluddin itu tak masalah. Malahan senang karena para camat sudah bekerja keras. Ia meminta masyarakat tidak menilai dari satu sisi saja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
-
Genjot Konsumsi Akhir Tahun, Pemerintah Incar Perputaran Uang Rp110 Triliun
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
Terkini
-
Kembali Kirim Tim Kemanusiaan, Gubernur Sulsel Bantu Aceh Timur Rp1 Miliar
-
Cerita Desa Santa Klaus yang Ramai Dikunjungi Warga Toraja
-
Viral Dosen UIM Meludahi Kasir karena Potong Antrean: Etika Akademisi di Ruang Publik Dipertanyakan
-
Inilah Daftar Gaji Minimum Pekerja di Kota Makassar Mulai 2026
-
Stok Aman, Harga Agak Goyah: Cek Harga Bahan Pokok di Palu Jelang Natal & Tahun Baru 2026