Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Jum'at, 21 Maret 2025 | 13:15 WIB
Ilustrasi ChatGPT pohon Vitex cofassus di hutan tropis dan kapal kayu yang dibuat dari bahan Vitex cofassus [SuaraSulsel.id/Muhammad Yunus]

SuaraSulsel.id - Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, bersama pendiri Rimba Bitti, Pandala, Takalar, Dr. Baharuddin, membahas rencana pengembangan kayu Bitti (Vitex cofassus).

Kayu ini merupakan bahan dasar utama pembuatan perahu pinisi, yang kini semakin langka akibat eksploitasi berlebihan dan minimnya upaya reboisasi.

Dalam pertemuan yang berlangsung di Makassar pada Kamis (20/3), Jufri Rahman menegaskan bahwa kayu Bitti adalah salah satu jenis kayu unggulan di Sulawesi Selatan.
Penyebaran tanaman ini masih dapat ditemukan di beberapa wilayah seperti Kabupaten Bantaeng, Enrekang, Bone, Bulukumba, Sidrap, dan Selayar.

Namun, ketersediaannya semakin berkurang, sehingga banyak pembuat perahu di Bulukumba kini harus mendatangkan kayu dari luar daerah.

Baca Juga: Warga Pengrusak Kawasan Hutan di Mamuju Ditangkap

Sebagai upaya pelestarian, aktivitas pengumpulan benih kayu Bitti saat ini difokuskan di Kabupaten Bulukumba dan Kabupaten Bone.

Selain itu, Rimba Bitti Pandala telah mengelola sekitar tujuh hektare lahan untuk pengembangan kayu Bitti.

Bahkan, mereka telah mengumpulkan bibit kayu Bitti sebanyak satu ton yang siap untuk disebarluaskan ke berbagai wilayah di Sulawesi Selatan.

Jufri Rahman menyatakan bahwa pertemuan ini tidak hanya membahas tentang pengembangan kayu Bitti, tetapi juga rencana pembangunan Kawasan Wisata Rimba Bitti.

Kawasan ini dirancang sebagai hutan pemulihan atau healing forest, tempat kelas rekreasi (outing class) bagi pelajar, serta lokasi kegiatan luar ruangan seperti outbound.

Baca Juga: Ritual Annyorong Lopi, Kearifan Lokal Bugis dalam Peluncuran Kapal Pinisi di Pantai Losari Makassar

"Bibit ini telah disiapkan untuk disebarluaskan sehingga kelak kayu Bitti akan menjadi pohon endemik di Sulawesi Selatan. Pohon Bitti ini akan menjadi warisan dan upaya kita untuk memakmurkan daerah," kata Jufri Rahman.

Sementara itu, Baharuddin Abidin, yang juga menjabat sebagai Direktur LPTM, menekankan pentingnya pengembangan hutan di Sulawesi Selatan.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pemerintah provinsi. Menurutnya, Rimba Bitti Pandala ingin turut serta dalam pembangunan hutan dengan berbagai konsep, seperti healing forest dan hutan pendidikan.

"Kami berharap ada peluang untuk berkontribusi dalam pembangunan hutan, terutama dalam konsep *healing forest* dan juga hutan pendidikan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas," ujar Baharuddin.

Di Kawasan Wisata Rimba Bitti Pandala, pihaknya telah memanfaatkan lahan tanaman hutan Bitti sebagai area wisata edukatif.

Salah satu tujuan utama kawasan ini adalah membangun daya tarik bagi generasi muda agar lebih dekat dengan alam dan memahami pentingnya pelestarian lingkungan.

Berdasarkan berbagai literatur ilmiah, kayu Bitti diketahui dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 40 meter.

Kayunya dikenal padat, kuat, dan tahan lama. Selain itu, kayu Bitti tidak mengandung silika, serta memiliki aroma khas seperti kulit saat masih basah.

Keunggulan lainnya, kayu ini juga tahan terhadap kebakaran dan mampu bertunas kembali setelah terbakar.

Tanaman Bitti tumbuh secara alami di beberapa daerah selain Sulawesi, seperti Maluku, Papua Nugini, Kepulauan Bismarck, dan Pulau Solomon.

Keberadaannya yang semakin langka membuat upaya konservasi menjadi sangat penting.

Sebagai salah satu jenis kayu keras dalam famili Lamiaceae, kayu Bitti memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan untuk berbagai keperluan.

Karakteristiknya yang khas menjadikannya bahan baku ideal untuk konstruksi, seperti balok dan papan untuk bangunan, serta pembuatan kapal dan jembatan yang membutuhkan ketahanan terhadap air laut.

Selain itu, kayu ini juga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan furnitur dan lantai kayu karena tampilannya yang menarik.

Kayu Bitti memiliki daya tahan tinggi terhadap cuaca dan serangan hama, menjadikannya pilihan unggul dalam industri kayu.

Namun, dengan semakin berkurangnya populasi pohon ini, diperlukan langkah-langkah strategis dalam pelestariannya.

Upaya yang dilakukan oleh Rimba Bitti Pandala dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam pengembangan kembali tanaman Bitti menjadi langkah positif untuk memastikan keberlanjutan sumber daya alam ini.

Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan kayu Bitti tidak hanya kembali menjadi pohon endemik Sulawesi Selatan, tetapi juga mampu menopang ekonomi masyarakat, khususnya para pengrajin perahu pinisi di Bulukumba.

Ke depan, program reboisasi dan penyebaran bibit kayu Bitti perlu diperluas ke berbagai wilayah di Sulawesi Selatan.

Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam menjaga dan merawat pohon Bitti menjadi kunci keberhasilan dalam pelestariannya.

Melalui kerja sama antara pemerintah, komunitas lingkungan, dan masyarakat, harapan untuk mengembalikan kejayaan kayu Bitti dapat terwujud.

Load More