SuaraSulsel.id - Faldy Ekal Tappe viral di media sosial. Ia dipuji-puji para pecinta seri manga Jepang, One Piece.
Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Toraja angkatan 2018 itu berhasil meraih gelar sarjana gegara film One Piece. Ia telah mengikuti prosesi wisuda pada bulan September 2022.
Faldy mengatakan menyusun skripsi setelah menelaah antara relasi kelompok bajak laut topi jerami dalam animasi One Piece berdasarkan pemikiran John D. Zizioulas dalam The One and The Many.
Cerita itu kemudian disinkronkan dengan ilmu Teologi di agama kristen.
Kata Faldy, riset penelitian itu muncul setelah mengikuti alur cerita film tersebut setiap episode. Ia kemudian termotivasi untuk menghubungkan kisah Monkey D Luffy dan kawan-kawannya, dengan identitas gereja.
"Awalnya susah karena harus bicara soal metodologi," ujarnya, Rabu, 19 Oktober 2022.
Faldy mengaku harus menonton ulang film One Piece berulang kali saat menyusun skripsi. Setidaknya butuh waktu kurang lebih enam bulan hingga rampung.
Mahasiswa Fakultas Teologi itu juga mengaku ingin sesuatu yang berbeda. Apalagi, ia pernah melihat ada mahasiswa di Jawa yang menyusun skripsi setelah meneliti film Batman.
"Saya mau yang berbeda. Jadi karena suka film One Piece, jadi saya pikir ini menarik," ujarnya.
Faldy mengaku judul skripsinya "Eklesiologi Trinitaris One Piece: Telaah Terhadap Relasi Kelompok Bajak Laut Topi Jerami dalam Anime One Piece berdasarkan Pemikiran John D. Zizioulas dalam "The One" dan "The Many" itu sempat diragukan oleh dosen. Namun ia terus meyakinkan pembimbingnya.
"Pro dan kontra sempat ada. Tapi kita juga harus bertahan dengan teori dan metodologi dari judul. Sehingga tidak ada alasan bagi dosen pembimbing untuk tidak terima," jelasnya.
Kata Fadly, dari buku yang ia baca, gereja tidak pernah ada dengan sendirinya. Namun selalu berada dalam relasi dan persekutuan dengan yang lain.
Sama halnya dengan karakter anggota dalam kelompok "Topi Jerami". Mereka bersatu dengan keunikannya masing-masing, lalu mengarungi laut untuk mencapai mimpi bersama-sama.
Jika diibaratkan dalam gereja, komunitas ini adalah persekutuan yang utuh walau banyak perbedaan. Mulai dari suku, ras, dan bangsa.
"Cara seperti itu harusnya diterapkan di gereja. Bagaimana untuk mengarungi lautan dengan kasih walau banyak perbedaan," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- Pemain Arsenal Pilih Bela Timnas Indonesia Berkat Koneksi Ayahnya dengan Patrick Kluivert?
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
- Setajam Moge R-Series, Aerox Minggir Dulu: Inikah Wujud Motor Bebek Yamaha MX King 155 Terbaru?
- Pemain Keturunan Rp17,38 Miliar Pilih Curacao: Naturalisasi Timnas Indonesia Sulit
Pilihan
-
Data Pribadi RI Diobral ke AS, Anak Buah Menko Airlangga: Data Komersil Saja!
-
Rafael Struick Mandul, Striker Lokal Bersinar Saat Dewa United Gilas Klub Malaysia
-
5 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Kuat untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Vietnam Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Warganya: Ekonomi Aja Sulit!
Terkini
-
Kenalan Yuk Sama Unhas Explorer 2, Kapal Riset Baru Unhas Siap Jelajahi Lautan
-
Kepala Bappeda Sulsel Mundur, Diduga Imbas Kisruh Gaji PPPK
-
Slag Nikel Akan Jadi Material Cegah Abrasi di Takalar
-
Kebakaran Tangki Terminal Pertamina Palopo, 2 Pekerja Terluka
-
Gubernur Gorontalo Ingin Pindahkan Ibu Kota? Ini Penjelasan Biro Hukum