SuaraSulsel.id - Cerita ini terjadi di salah satu perumahan yang berada di Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara (Sulut) tepatnya di Desa Watutumou, Kecamatan Kalawat.
Warga Perumahan Pondok Indah Maumbi, terusik dengan kehadiran sebuah makam yang berada di kawasan perumahan bersubsidi tersebut. Letaknya makam tersebut pun berdampingan persis dengan rumah warga lainnya.
Keberadaan makam tersebut bermula saat mantan Kepala Desa Watutumou memakamkan jenazah sang istri di tengah perumahan padat penduduk tersebut pada Jumat (26/8/2022).
Kehadiran kuburan tersebut kontan membuat warga protes. Salah satunya disampakain seorang warga berinisial J.
Ia mengaku terganggu dengan keberadaan makam tersebut, apalagi dengan keberadaan makam di tengah perumahan dikhawatirkan membawa dampak serius, pasalnya makam tersebut juga bersebelahan dengan bangunan mata air yang dikonsumsi warga.
"Bagaimana kami bisa mengonsumsi air minum dari bor yang bersebelahan dengan makam? Apakah sehat?" keluhnya kepada BeritaManado.com-jaringan Suara.com, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, warga sungkan untuk adu argumen dikarenakan sosok Booy sebagai eks kepala desa setempat.
"Warga sudah mengeluh ke pihak pemerintah desa dan kecamatan tapi hanya dibujuk untuk mengalah karena yang dimakamkan adalah istri dari mantan kepala desa,” tambah J.
Sementara itu warga lainnya berinisial A menambahkan, awalnya, warga sudah menolak keberadaan makam di lahan tersebut. Namun saat kali pertama mediasi pihak Booy dan perwakilan keluarga tak hadir.
"Dari awal penggalian sudah ada warga yang tanya ke kepala lingkungan, tapi tidak ada jawaban. Waktu mediasi pertama, ada warga, kapolsek, kumtua (kepala desa), camat dan pendeta, tapi mereka (keluarga eks kumtua) tidak mau datang mediasi,” katanya.
Baca Juga: Meninggal Jumat Legi, Makam Rahwan Dibongkar Orang Misterius, Tali Pocong Hilang
Ketua GAMKI Minahasa Utara Shandy Kaunang ikut menyayangkan sikap keluarga yang dianggap semena-mena menguburkan keluarganya di lokasi pintu masuk perumahan.
"Sikap dan tabiat ini tidak mencerminkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yaitu saling menghormati. Ke depannya harapan saya sebagai ketua Organisasi Pemuda Kristen Di Minahasa Utara, tidak ada lagi yang seperti ini dan mengharapkan setiap pemerintah desa peka dgn nilai nilai luhur kehidupan bersosial yaitu saling menghormati,” ujar Shandy kepada BeritaManado.com.
Sementara itu, menanggapi reaksi warga, eks kepala Desa Watutumou Booy Kodoati menyatakan, dirinya merasa berhak untuk menjadikan lahan pribadinya tersebut sebagai makam.
"Ini kan tanah pribadi dan saya bebas buat bikin apapun di atas tanah ini," ujar Booy dalam pertemuan bersama warga.
Untuk diektahui, Perumahan Pondok Indah Maumbi dihuni sekitar 60 keluarga. Sementara makam yang dibangun tersebut berada di blok J, bersebelahan dengan air bor perumahan tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dikabarkan Rujuk, Ini Penjelasaan Pengadilan Agama Tigaraksa
- Sahroni Ditemukan Tewas, Dikubur Bersama 4 Anggota Keluarganya di Halaman Belakang Rumah
- Link Resmi Template Brave Pink Hero Green Lovable App, Tren Ubah Foto Jadi Pink Hijau
- Penuhi Tuntutan Demonstran, Ketua DPRA Setuju Aceh Pisah dari Indonesia
- Presiden Prabowo Tunjuk AHY sebagai Wakilnya ke China, Gibran ke Mana?
Pilihan
-
Maulid Nabi Muhammad SAW: Amalkan 3 Doa Ini, Raih Syafaat Rasulullah di Hari Spesial
-
Video Ibu Jilbab Pink Maki-maki Prabowo dan Minta Anies Jadi Presiden: Deepfake?
-
Bisnis Riza Chalid Apa Saja? Sosok Koruptor Berjulukan The Gasoline Godfather
-
ASI Itu Bodyguard, Vaksin Itu Sniper: Kenapa Bayi Butuh Dua-duanya, Bukan Cuma Salah Satunya!
-
5 Rekomendasi HP Murah Baterai Awet di Bawah Rp 2 juta, Tahan Seharian! Terbaik September 2025
Terkini
-
Pemprov Sulsel Usul Rp233 Miliar untuk Bangun Ulang Gedung DPRD
-
Mantan Pegawai Bank Divonis 3 Tahun Kasus Uang Palsu
-
Gubernur Sulsel-BPOM Teken MoU Hibah Lahan dan Pendirian Politeknik Rp1,7 Triliun
-
PKKMB Tanpa Perpeloncoan, Universitas Megarezky Fokus Bangun Karakter Mahasiswa Unggul
-
Warga Bone Lompat di Jembatan Watu Cenrana