SuaraSulsel.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena embun es di kawasan Dieng, Jawa Tengah, beberapa hari yang lalu memiliki kaitan dengan berlangsungnya musim kemarau.
Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan saat dikonfirmasi mengatakan fenomena embun es di Dieng saat musim kemarau sangat dimungkinkan terjadi.
Terlebih secara lokasi, Dieng berada di dataran yang cukup tinggi di mana suhu udara cukup dingin, dan tingkat tutupan awan sudah jarang saat masuk musim kemarau.
"Sehingga di malam hari yang tidak tertutup awan, suhu udara akan sangat dingin sekali karena radiasi balik dari bumi dengan leluasa menuju angkasa tanpa adanya pantulan dari awan. Sehingga bumi akan menjadi dingin sekali, dan seluruh lapisan di mana yang mengandung uap air itu, karena suhu minus yang biasanya disertai adanya frost atau embun yang membeku," kata Dodo, Minggu 10 Juli 2022.
Dodo menjelaskan suhu udara sampai menjadi minus, atau di bawah 0 derajat Celcius dipengaruhi kondisi awan yang sudah sangat tidak ada, bahkan clear seperti itu di malam hari.
"Suhu bumi, karena tidak ada radiasi tentunya pada malam hari tidak ada matahari, justru energi bumi yang memancar meradiasikan kembali tanpa ada pemantulan dari awan khususnya. Sehingga dia menjadi minus menjadi dingin bahkan bisa sampai minus," kata Dodo melanjutkan.
Adanya fenomena embun es ini tidak hanya terjadi di Dieng, namun juga wilayah lainnya yang berada di pegunungan. Embun beku tersebut berdampak pada warga yang memiliki usaha tani, menyebabkan gagal panen.
Dodo mengimbau agar para petani di pegunungan mengatur musim tanam, dan tetap memperhatikan kondisi cuaca agar segera dilakukan panen sebelum embun es merusak tanaman.
Dia menjelaskan saat ini 35 persen dari zona musim di seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sebagian besar wilayah timur Indonesia telah memasuki kemarau.
Baca Juga: Apa Kaitan Fenomena Embun Es Dieng dengan Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
Sementara beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa, masih terdapat beberapa wilayah yang belum memasuki kemarau, oleh karena fenomena La Nina yang menyebabkan curah hujan yang masih cukup.
Kondisi La Nina akan menuju normalnya diprakirakan pada bulan Agustus, dan menuju netral pada bulan Oktober, November dan Desember.
"Jadi tidak hanya BMKG yang membuat perkiraan terkait La Nina ini, tapi beberapa badan meteorologi dunia membuat prakiraan La Nina dan sebagian besar mengindikasikan saat ini kondisinya yang lemah akan menuju pada fungsi netral," ujar Dodo.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Pelajar SMA di Kota Makassar Tewas Kena Tembak
-
'Sudah Lama Saya Marah!', Profesor Unhas Bongkar Sejarah Lahan di Tanjung Bunga
-
Bank Mandiri Resmi Buka Livin Fest 2025 di Makassar, Sinergikan UMKM dan Industri Kreatif
-
GMTD Diserang 'Serakahnomics', Kalla Ditantang Tunjukkan Bukti
-
Dugaan Korupsi Pengadaan Bibit Nanas di Sulsel, Kejati Kejar Dana Rp60 Miliar