Biasanya pembeli mulai ramai untuk menikmati jajanan ini setelah umat Muslim selesai shalat Tarawih hingga malam hari. Peminatnya tidak hanya dari masyarakat Kota Pontianak saja, melainkan juga ada dari luar kota dan dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua.
Bahan yang digunakan untuk jajanan ini cukup sederhana, yakni dengan berbahan dasar sotong kering kemudian ditambah sambal dengan bumbu. Mulai dari garam, gula, penyedap rasa, cabai dan udang ebi.
Adapun cara pengolahannya, yakni sotong kering dibakar, lalu setelah matang dipukul-pukul menggunakan palu. Sehingga cumi yang keras tersebut menjadi lunak dan gurih ketika disantap, dan ditambah dengan kuah sambal yang telah diracik.
"Pada hari biasa untuk dua kios yang dimilikinya bisa menghabiskan empat kilogram sotong kering per hari dan kalau malam minggu bisa mencapai tujuh kilogram dengan harga jual bervariasi mulai dari Rp15 ribu per ekor hingga Rp50 ribu per ekor," ujarnya.
Sehingga omzet yang didapatnya ketika hari biasa paling tinggi bisa mencapai Rp3 juta per malam dan untuk malam Minggu bisa mencapai hingga Rp7 juta untuk dua kios tersebut.
Kuliner Musiman
Lovi salah seorang warga sekaligus penikmat jajanan khas Pontianak mengaku selalu menikmati kuliner khas Pontianak seperti Sotong Pangkong dan lemang ini pada saat Ramadhan setiap tahunnya, karena dua kuliner itu hanya mudah ditemukan pada bulan Ramadhan saja.
"Saya menyukai Sotong Pangkong karena rasa yang gurih dan bisa menyantapnya sambil menikmati suasana malam hari saat Ramadhan di Kota Pontianak ini, sedangkan lemang itu sering saya jadikan takjil untuk berbuka puasa," ujarnya.
Menurutnya, suasana bulan Ramadhan yang membuat kuliner Sotong Pangkong dan Lemang ini diminati banyak orang karena memang bisa menggugah selera bagi yang berpuasa.
Baca Juga: Optimisme Konsumen di Aceh Terjaga Selama Ramadhan
Peminat Budaya Kalbar Syafaruddin Usman mengatakan kuliner Sotong Pangkong dan lemang menjadi makanan khas Pontianak karena dihidangkan dengan budaya Melayu Pontianak yang disebut Saprahan atau yang berarti berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai secara berkelompok.
"Kedua kuliner ini ketika bulan Ramadhan peminatnya ramai karena ini merupakan tren tahunan dan bisa disebut dengan kuliner musiman," katanya.
Dengan hadirnya dua kuliner ini maka bisa menjadi media perantara sambil menikmati suasana malam, bercengkrama dengan keluarga, dan menjadi ruang publik ekonomis di masa sekarang.
Kuliner Sotong Pangkong dan lemang diharapkan dapat terus dilestarikan tidak hanya dari sisi ramainya saja, tapi harus dikembangkan dalam faktor ekonomisnya, dapat dijadikan penghasilan dan dikenal atau dijadikan oleh-oleh ke daerah lain sebagai kuliner khas Pontianak. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 1 Detik Pascal Struijk Resmi Jadi WNI, Cetak Sejarah di Timnas Indonesia
- Pemain Arsenal Pilih Bela Timnas Indonesia Berkat Koneksi Ayahnya dengan Patrick Kluivert?
- Pelatih Belanda Dukung Timnas Indonesia ke Piala Dunia: Kluivert Boleh Ambil Semua Pemain Saya
- Setajam Moge R-Series, Aerox Minggir Dulu: Inikah Wujud Motor Bebek Yamaha MX King 155 Terbaru?
- Cara Membedakan Sepatu Original dan KW, Ini 7 Tanda yang Harus Diperiksa
Pilihan
-
Data Pribadi RI Diobral ke AS, Anak Buah Menko Airlangga: Data Komersil Saja!
-
Rafael Struick Mandul, Striker Lokal Bersinar Saat Dewa United Gilas Klub Malaysia
-
5 Rekomendasi HP Murah Chipset Snapdragon Kuat untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED untuk Gaming, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Vietnam Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Warganya: Ekonomi Aja Sulit!
Terkini
-
Kenalan Yuk Sama Unhas Explorer 2, Kapal Riset Baru Unhas Siap Jelajahi Lautan
-
Kepala Bappeda Sulsel Mundur, Diduga Imbas Kisruh Gaji PPPK
-
Slag Nikel Akan Jadi Material Cegah Abrasi di Takalar
-
Kebakaran Tangki Terminal Pertamina Palopo, 2 Pekerja Terluka
-
Gubernur Gorontalo Ingin Pindahkan Ibu Kota? Ini Penjelasan Biro Hukum