SuaraSulsel.id - Banyak umat Islam yang menganggap bahwa syariat Islam telah sempurna dan karenanya tidak perlu mengalami perubahan.
Celakanya lagi, banyak kalangan yang menganggap aspek ijtihadi termasuk kategori syariat yang tidak bisa diutak-atik.
Mengutip Muhammadiyah.or.id menurut Syamsul Anwar, hukum Islam dapat berubah dengan beberapa syarat, di antaranya:
Pertama, adanya tuntutan kemaslahatan untuk berubah, yang berarti bahwa apabila tidak ada tuntutan dan keperluan untuk berubah, maka hukum tidak dapat diubah. Kedua, hukum itu tidak mengenai pokok ibadah mahdlah.
Baca Juga: Sekuriti Temukan Mayat Perempuan di Gedung Kosong Pelita, Ini Ciri-cirinya
Ketiga, hukum itu tidak bersifat qath‘i, apabila hukum itu qath‘i, maka tidak dapat diubah. Keempat, perubahan baru dari hukum itu harus berlandaskan kepada suatu dalil syar’i juga.
“Apabila tidak ada tuntutan dan keperluan untuk berubah, maka hukum tidak dapat diubah. Kemudian pada dasarnya hukum yang tidak bisa berubah itu ketentuan ibadah mahdlah dan hukum yang bersifat qath’i seperti larangan mencuri, membunuh dan lain-lain itu sudah qath’I, tidak bisa berubah,” kata Syamsul dalam acara yang diselenggarakan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) pada Senin (25/10/2021).
Contoh perubahan hukum ini terjadi pada ketentuan tentang kepemimpinan perempuan. Jumhur ulama pada umumnya berpendapat perempuan tidak bisa menjadi pemimpin.
Namun, ketentuan ini dapat berubah karena adanya tuntutan kemaslahatan. Persoalan kepemimpinan bukan aspek ibadah mahdlah dan tidak bersifat qath’i, dan terdapat dalil-dalil syar’i yang menguatkan kebolehan perempuan menjadi pemimpin.
Begitu halnya dengan penggunaan rukyat dalam penentuan awal bulan Kamariah yang dapat diubah dengan metode hisab. Sebab perubahan dari rukyat ke hisab karena adanya tuntutan kemaslahatan, yang kalau tidak berubah akan cenderung memberatkan.
Baca Juga: NU Probolinggo Protes dan Tolak Pembangunan Gedung Yayasan Berafiliasi Syiah
Rukyat juga termasuk aspek muamalah dan tidak bersifat qath’i. Selain itu, banyak dalil Alquran maupun Hadis yang menunjukkan bahwa hisab merupakan metode yang absah dalam penentuan awal bulan kamariah.
Dengan demikian, Hukum Islam bukanlah hukum yang kaku. Dalam sejumlah hal hukum Islam dapat mengalami perubahan. Sesuai dengan perubahan kemaslahatan manusia pada zaman tertentu.
Namun hukum itu tidak boleh juga asal berubah, melainkan harus ditinjau dari sisi syarat-syarat perubahan hukum Islam di atas.
Berita Terkait
-
Apakah Hari Kartini Menjadi Tameng Emansipasi oleh Kaum Wanita?
-
Rayakan Hari Kartini: 4 Perempuan Tangguh Menjawab Tantangan Era Digital
-
Dilarang Sekolah, Bocah Perempuan Afghanistan Dipaksa Jadi Penenun Karpet
-
Review Novel 'Jane Eyre': Ketika Perempuan Bicara soal Harga Diri
-
Hotma Sitompul Beragama Apa? Disebut Pernah Menikah Secara Islam, Tapi Anaknya Tak Diakui
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Didukung BRI, Usaha Lokal Perhiasan Batu Alam Sukses Jangkau Pasar Internasional
-
Bertengkar dengan Istri, Pria Ini Cari Ketenangan di Jalan Tol Makassar
-
Gurita Bantaeng Mendunia: Ekspor Perdana Rp2,3 Miliar ke Amerika Latin
-
Kapan UTBK 2025 Unhas? Ini Jadwal dan Kesiapan Terbaru dari Panitia
-
Sampai Kapan Program Link Saldo DANA Kaget Digelar? Ini Jawabannya!