Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Rabu, 31 Maret 2021 | 07:40 WIB
Program vaksinasi Covid-19 bagi pegawai Kemnaker. (Dok : Kemnaker)

SuaraSulsel.id - Epidemolog, virolog, dan pakar penyakit menular dunia mengikuti survei dari Aliansi Vaksin Rakyat. Koalisi organisasi internasional seperti Amnesty International, Oxfam, dan UNAIDS.

Dalam survei itu mereka memberikan peringatan kepada produsen vaksin. Dua pertiga responden mengatakan vaksin yang digunakan sekarang masih punya waktu sekitar setahun. Kemudian tidak ampuh lagi melawan infeksi Covid-19.

Sementara sepertiga responden mengatakan bahwa waktu yang tersisa cuma sembilan bulan saja, bahkan kurang dari itu.

Vaksin-vaksin tak akan lagi sanggup mengatasi wabah Covid-19 dalam periode paling lama setahun dari sekarang.

Baca Juga: Astaga! Puluhan Santri Ponpes di Solo Terpapar Covid-19

Karena itu para produsen diharapkan mulai memodifikasi vaksin mereka sesuai dengan mutasi virus corona.

Survei melibatkan responden sebanyak 77 ilmuwan dari 28 negara. Demikian diwartakan The Guardian, Selasa (30/3/2021).

Sebagian besar ilmuwan itu bekerja di lembaga atau institusi riset/pendidikan terkemuka di Eropa serta Amerika Serikat.

Sebanyak 88 persen responden menjelaskan bahwa rendahnya tingkat vaksinasi di banyak negara membuka peluang munculnya varian virus corona yang bermutasi untuk mengelabui vaksin.

"Mutasi baru muncul setiap hari," kata Gregg Gonsalves, pakar epidemolog pada Universitas Yale, yang termasuk responden dalam survei ini.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Mulai Turun, Wapres: Jangan Lengah dan Patuhi Prokes

"Kadang mereka menemukan celah yang menjadikan diri lebih kuat dari pendahulunya. Varian-varian yang beruntung ini bisa menular lebih efisien dan berpotensi mengelabui respons imun yang tadinya manjur pada strain lama," imbuh dia.

Ia mengatakan satu-satunya cara untuk mengatasi munculnya varian baru yang bisa mengelabui vaksin ini adalah dengan memvaksinasi manusia di seluruh dunia.

"Jika tidak maka kita membuka ruang untuk lebih banyak lagi mutasi, yang bisa menghasilkan varian baru yang mampu mengelabui vaksin-vaksin kita saat ini," lanjut Gonsalves.

Sialnya saat ini banyak negara produsen vaksin yang enggan mengekspor vaksin mereka ke negara lain. Misalnya Amerika Serikat yang kini memprioritaskan vaksinasi di dalam negeri dan India.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) sebelumnya sudah meminta agar negara-negara produsen vaksin dan negara kaya untuk tidak mementingkan dirinya sendiri dan terjebak dalam apa yang disebutnya sebagai nasionalisme vaksin.

WHO memperingatkan bahwa diperlukan vaksin untuk seluruh dunia agar Covid-19 bisa benar-benar lenyap dan bahwa sia-sia belaka jika hanya segelintir negara yang bisa menikmati vaksin.

Lembaga tersebut juga mendorong produsen-produsen vaksin di seluruh dunia meniru langkah AstraZeneca yang mengizinkan vaksin buatannya diproduksi di pabrik-pabrik vaksin di berbagai negara. Vaksin AstraZeneca saat ini diproduksi di India, Eropa, dan Korea Selatan.

Lembaga tersebut juga mendorong produsen-produsen vaksin di seluruh dunia meniru langkah AstraZeneca yang mengizinkan vaksin buatannya diproduksi di pabrik-pabrik vaksin di berbagai negara. Vaksin AstraZeneca saat ini diproduksi di India, Eropa, dan Korea Selatan.

Load More