Setelah itu, hidup Zainal seperti jalur jalan ke kampung halamannya di Gowa: berkelok tapi menanjak. Ia menangani halaman iklan Harian Fajar, terpilih menjadi Ketua KPU Gowa di tahun 2004, sembari jadi pengusaha.
Dia pengusaha almugada -- apa lu mau gua ada.
Ia pernah punya izin titik papan reklame yang mengangkangi jalan dua lajur di jalan poros AP Pettarani, Makassar, ia berdagang saham, bisnis properti kecil-kecilan, toko busana, dan lain-lain. Semuanya kecil-kecilan tapi menghasilkan. Untuk kreativitasnya berbisnis ini, saya mengaguminya. Ia mengentaskan hidup keluarga besarnya. Ia seorang pejuang.
Di luar itu semua, Zainal punya banyak kawan. Ia berteman melintas profesi. Kami berteman.
Saya sudah tinggal bertahun-tahun di Jakarta, ketika Zainal Tahir menyusul berpindah bersama keluarganya, pasca kegagalannya menjadi caleg pada pemilihan umum legislatif tahun 2014. Dan di tengah sistem pemilu yang centang perenang ini, kegagalannya harus ia tebus dengan mahal. Ia memilih pindah dari Makassar.
Di Jakarta inilah Zainal kembali bertrmu dan akrab dengan kawan-kawan lama: saya, Aidir Amin Daud, Supriansa, Buyung Wijayakusuma, Ronny de Fretes, dan lain-lain.
Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu. Hampir tiada hari tanpa bertemu atau berkabar dengannya. Apalagi satu dua tahun terakhir, ketika kami menjalani kegiatan di kantor yang sama: TawafTV yang kami dirikan bersama Buyung Wijayakusuma. Kami bertiga menjadi direktur di stasiun televisi berita Islam itu.
Kami bertemu dan berpetualang bersama. Perjalanan ke berbagai negara, dari Korea Selatan, Singapura, Afrika Selatan, Azerbaijan, Georgia, Qatar, Oman, juga dua kali menunaikan ibadah umrah bersama. Di Jakarta, kami kerap ke pulau, dan melihat ketangkasan Zainal berenang. Ia seorang perenang alam yang kuat. Ia senang berenang di laut. Ia sering berenang di pantai pulau-pulau Kepulauan Seribu.
Tidak hanya dengan Zainal, saya juga akrab dengan keluarganya, dengan anak-anaknya. Dari keakraban itu saya tahu: Zainal begitu berbakti kepada sang Ibu, sangat memuja istrinya, dan menancapkan tekad yang begitu kukuh untuk kecemerlangan masa depan empat orang putranya. Anak sulungnya ia sekolahkan di Jerman, anak keduanya sempat mengenyam pendidikan di Selandia Baru dan Amerika Serikat, anak ketiga di Universitas Multimedia Nusantara, dan anak bungsunya di satu sekolah internasional di Jakarta.
Baca Juga: Rizieq, FPI, GNPF, PA 212 Ingatkan Jokowi Jangan Sampai Jadi Pilkada Maut
Untuk masa depan anak-anaknya ini, Zainal Tahir benar-benar total mendarmakan waktu dan hidupnya. "Buat apa saya kerja keras kalau bukan untuk sekolah anak-anakku?" kata Zainal dengan nada bertanya, suatu hari, ketika saya meledeknya, kenapa terlalu serius memgurus sesuatu.
Belakangan, di sela-sela waktunya, Zainal menggeluti hobi baru: media sosial. Terutama YouTube. Ia rajin mengambil gambar video, mengedit dan mengunggahnya di sebuah kanal di YouTube. Dan sayalah yang mengusulkan nama kanalnya itu: Zette. Saya bilang, nama Zette keren. Terdengar seperti Zorro, Sara, IKEA, dan merek-merek dunia. Padahal Zette diambil dari pengucapan inisial namanya, ZT, Zainal Tahir.
Ia rajin mengunggah video, dari kehidupan keluarganya, perjalanannya, perjalanan kami, ceramah agama, dll.
Saya tak pernah mengira, video-video yang diunggahnya akan secepat itu jadi dokumentasi kenangan yang akan dirindukan oleh saya, oleh anak-anaknya, oleh keluarganya, oleh kawan-kawan semua.
Begitulah. Saya bertemu dengannya terakhir kali, Senin 14 September lalu di Jalan Jenggala. Kami duduk berseberangan meja, makan siang, juga sholat ashar bersama. Zainal menjadi imam, dan saya bersama Boy jadi makmumnya. Dua hari lalu, kami masih berbicara lewat panggilan video, dari rumah sakit tempat ia dirawat.
Lalu, tengah malam tadi, kabar duka itu datang. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Krisis Gaji P3K di Donggala, Ini Kata Gubernur Sulteng
-
BNPT Mudahkan Korban Terorisme Klaim Hak: Cukup Klik 2 Link Ini
-
BYD atau Chery? Ini Mobil Listrik Kaum Sultan di Makassar
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Dendam Narkoba Motif Pembunuhan Berencana di Polewali Mandar, Pelaku Terancam Hukuman Mati