Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 06 Agustus 2020 | 13:39 WIB
Kondisi perkampungan tertimbun lumpur akibat terjangan banjir bandang di Desa Radda, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (15/7/2020). [ANTARA FOTO/Moullies]

Potensi bencana alam yang diprediksi adalah longsor dan banjir bandang.

Khusus untuk di Masamba, salah satu daerah yang terdampak banjir, katanya, terdapat banyak potongan kayu yang berhamburan. Potongan-potongan kayu tersebut dapat dipastikan dibabat dari kawasan hulu hutan, Luwu Utara.

"Yang kita kaji itu material bencana air bercampur tanah menjadi lumpur dan material pasir. Ditambah ada banyak potongan kayu. Itu kami yakini gelondongan," jelas Amin.

Amin menjelaskan, dari hasil analisis tahun 2018 hingga 2020 sekarang ini, ada empat lokasi pembukaan lahan secara masif di kawasan hulu yang berada di Kecamatan Masamba dan Baebunta, Luwu Utara. Sehingga, mengakibatkan terjadi bencana alam.

Baca Juga: Nelayan Kampung Terih Batam Ditemukan Meninggal Positif Corona

"Kita lihat konturnya, mirip dengan model pembukaan lahan kelapa sawit. Tahun 2019 lahan terbuka sempat tertutup atau menghijau. Tetapi setelah kita teliti ternyata penyebab hijaunya lahan terbuka tadi itu, betul seperti dugaan kami. Kelapa sawit," kata dia.

"Itu yang kami temukan menjadi salah satu faktor terjadinya bencana yang berdampak kepada warga," Amin menambahkan.

Amin menduga perusakan hutan di Luwu Utara, tidak terlepas dari campur tangan pengusaha dan perusahaan nakal. Ada 2.000 hektar lahan yang rusak akibat eksploitasi yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab di sana sejak 2018 lalu.

"Masih sangat kuat aktivitas illegal loging. Pengusaha hitam atau yang punya uang banyak dan mengorbankan hutan untuk kepentingan pribadi. Kalau pun masyarakat (yang melakukan) itu mereka suruhan. Diiming-imingi pemilik modal untuk mensuplay kayu berkualitas," katanya.

Diketahui, pencarian korban banjir bandang di sejumlah kecamatan, Kabupaten Luwu Utara, Sulsel sudah resmi dihentikan sejak Sabtu (25/7/2020) lalu.

Operasi pencarian korban banjir bandang tersebut dihentikan setelah berjalan selama 13 hari. Selama 13 hari melakukan pencarian, tim SAR gabungan berhasil menemukan 38 orang korban yang meninggal dunia.

Baca Juga: Ditemukan Tewas Mengapung, Janda 5 Anak Diduga Dimangsa Buaya

Empat diantaranya masih menunggu hasil identifikasi Tim DVI Bidokkes Polda Sulsel. 9 orang lainnya lagi belum ditemukan.

Load More